Beberapa Teori Komunikasi mengenai Media


Sifat teori komunikasi massa yang dinamis dapat dilihat dari sejarahnya. Hipotesis yang diajukan akan diuji dan dibuktikan untuk nantinya diterima atau ditolak.pada massa tertentu muncul sejumlah teory yang kurang lebih sama (uniform theory). Namun teory ini kemudian diringkas menjadi paradigm yang konsisten dengan seluruh fakta-fakta yang diketahui. Dengan adanya perkembangan masyarakat, memunculkan fakta baru dan pemahaman pengetahuan manusia meningkat.


          Cultural Studies / Kajian Budaya

Studi kultural merupakan kelompok pemikiran yang memberikan perhatian pada cara-cara bagaimana budaya dihasilkan melalui perjuangan di antara berbagai ideologi. Studi ini memberikan perhatiannya pada bagaimana budaya dipengaruhi oleh berbagai kelompok dominan dan berkuasa. Stuart Hall merupakan orang yang paling sering diasosiasikan dengan aliran ini. Menurutnya, media adalah instrument kekuasaaan kelompok elit, dan media berfungsi menyampaikan pemikiran kelompok yang mendominasi masyarakat, terlepas apakah pemikiran itu efektif atau tidak.
Studi kultural menekankan pada gagasan bahwa media menjaga kelompok yang berkuasa untuk tetap memegang kontrol atas masyarakat, sementara mereka yang kurang berkuasa menerima apa saja yang disisakan kepada mereka oleh kelompok penguasa. Samuel Becker (1984) menjelaskan bahwa tujuan studi kultural adalah untuk menyadarkan kembali khalayak dan para pekerja media yang dinilai sudah terlalu terlena dengan berbagai ilusi dan rutinitas atau perbuatan yang mereka lakukan agar mereka mempertanyakannya.
Studi komunikasi massa menjadi hal penting dalam pemikiran studi kultural, dan media dipandang sebagai instrument yang ampuh bagi ideology dominan. Selain itu, media memiliki potensi meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai isu kelas, kekuasaan, dan dominasi. Kita harus cermat dalam menafsirkan pemikiran studi kultural yang memandang media sebagai hal yang penting tetapi tidak menjadikan media sebagai satu-satunya hal yang harus diperhatikan. Inilah yang menjadi alasan mengapa pemikiran ini disebut “studi budaya” bukan “studi media”.
Menurut West- Turner, teori ini berdiri atas dua fondasi yang menjadi asumsi dasar yaitu:
1.      Budaya menyebar dan terdapat pada setiap segi perilaku manusia.
Studi kultural membirakan budaya melalui dua cara:
1)      Budaya adalah gagasan bersama dimana masyarakat menyandarkan dirinya pada ideology yang mereka anut bersama, yaitu cara bersama yang digunakan untuk memahami pengalaman mereka.
2)      Budaya adalah praktik atau perbuatan yaitu keseluruhan cara hidup suatu kelompok, apa yang dilakukan individu secara nyata setiap harinya.
2.      Manusia adalah bagian dari hierarki struktur kekuasaan.
Budaya yang menjadi objek kajian budaya bukanlah budaya sebagai objek yang bernilai seni tinggi. Budaya yang dimaksud bukan pula dalam pengertian sebuah perkembangan seni, intelektual dan spiritual. Budaya yang menjadi objek kajian budaya adalah budaya sebagai teks dan kehidupan sehari-hari. Dengan demikian objek kajian budaya bisa mencakup budaya populer yang mungkin tidak dianggap bernilai seni tinggi, bahkan salah satu proyek terpenting dalam kajian budaya adalah mengkaji budaya populer.
Kajian Budaya bukanlah bagian dari Marxisme, tetapi dasar-dasar kajian budaya banyak berasal dari Marxisme. Kajian budaya dan Marxisme sama-sama memandang bahwa kehidupan manusia dilingkari oleh struktur dan regulasi di luar dirinya. Dalam paradigma yang sama ini baik sebagaimana Marxisme kajian mempunyai komitmen untuk merombak struktur dan melakukan perubahan lewat kombinasi antara teori dan praktik. Kajian budaya setuju dengan pandangan Marxis bahwa masyarakat kapitalis telah dikelompokan secara tidak adil menurut, garis keturunan, ras, kelas dan gender. Kajian budaya merombak pengelompokan suatu karya, prkatik budaya, atau teks atas dasar dominasi politis suatu kelompok tertentu.

           Cultivation Analysis

George Gerbner, mantan Dekan komunikasi Universitas Pennsylvania penah membantu pemerintah Amerika Serikat dalam meniliti efek tayangan TV, ia menyatakan mereka yang terlalu banyak menonton TV akan memiliki kepercayaan atau keyakinan yang berlebihan mengenai “dunia yang jahat dan menakutkan” (mean and scary world) dan bahwa dunia luar adalah hutan rimba (a jungle out there) .
Gerbner menyebut efek TV ini sebagai Kultivasi atau Cultivation (berasal dari kata kerja To cultivate yang berarti “menanam”), istilah yang pertama kali dikemukakannya pada tahun 1969. TV dengan segala pesan dan gambar yang disajikannya merupakan proses atau upaya untuk “menanamkan” cara pandang yang sama terhadap realitas dunia kepada khalayak. TV dipercaya sebagai instrument atau agen yang mampu menjadikan masyarakat dan budaya bersifat homogen.
Teori kultivasi adalah teori yang mempekirakan dan menjelaskan pembentukan persepsi, pengertian dan kepercayaan mengenai dunia sebagai hasil dari mengonsumsi pesan media dalam jangka panjang. Dengan kata lain, kita memahami realitas melalui perantaraan media massa sehingga realitas yang kita terima adalah realitas yang diperantarai.
1.      Indeks kekerasan
                  Muatan kekerasan dalam tayangan TV diukur dengan menghitung tiga aspek, yaitu
a.       Rasio program TV antara yang memiliki dan tidak memiliki muatan kekerasan.
b.      Tingkat kekerasan dalam program yang emmiliki muatan kekerasan.
c.       Jumlah tokoh yang terlibat dalam tindak kekerasan.
Gerbner membagi penonton dalam dua kelompok, yaitu kelompok ringan yaitu mereka yang menonton kurang dari dua jam. Dan kelompok berat yang menonton TV minimal empat jam.
2.      Proses kultivasi
    Kultivasi terjadi dalam dua cara yaitu Mainstreaming dan Resonansi.
a.                  Mainstreaming, kata mainstream menurut bahasa adalah “arus utama” sedangkan mainstreaming                  adalah proses mengikuti arus utama yang terjadi ketika berbagi symbol, informasi dan ide yang                    ditayangkan TV mendominasi atau mengalahkan symbol, informasi dan ide yang berasal dari sumber lain.
          West dan Turner (2007) mendefinisikan mainstreaming sebagai kecenderungan bagi penonton           zkelompok berat untuk menerima suatu realitas budaya dominan yang sama dengan realitas yang digambarkan media walaupun realitas yang digambarkan media tidak sama dengan yang sebenarnya.
b.      Resonansi, resonansi yang terjadi ketika apa yang disajikan oleh TV sama dengan realitas actual sehari-hari yang dihadapi penonton. Realitas eksternal objektif masyarakat bergema atau bergaung di TV, sehingga apa yang terjadi dimasyarakat terdengar gema atau gaungnya di TV dan diterima oleh penonton, namun keadaan ini tetap menimbulkan kultivasi.
Menurut Gerbner (1982), Resonansi adalah kesamaan yang ditayangkan dunia TV dan situasi dunia nyata dapat menghasilkan gaung dan mengarah pada pola-pola kultiasi yang semakin diperkuat.


Media Ecology Theory

     Teori Ekologi Media memberikan gambaran mengenai perkembangan era komunikasi, mulai dari era         tribal, era literasi dan era elektronik. Dengan berbagai ciri dan karasteristiknya, teori ini menguraikan              hukum media yang bertujuan menjawab keraguan-keraguan yang terjadi terhadap ekologi media

Menurut Marshall McLuhan, media elektronik telah mengubah masyarakat secara radikal. Masyarakat sangat bergantung pada teknologi yang menggunakan media dan bahwa ketertiban sosial suatu masyarakat didasarkan pada kemampuannya untuk menghadapi teknologi tersebut. Media membentuk dan mengorganisasikan sebuah budaya. Ini yang disebut Teori Ekologi Media.
Teori ini memusatkan pada banyak jenis media dan memandang media sebagai sebuah lingkungan. Menurut Lance Strate, ekologi media adalah kajian mengenai lingkungan media, ide bahwa teknologi dan teknik, mode (cara penyampaian), informasi, dan kode komunikasi memainkan peran utama dalam kehidupan manusia. Harold Innis menyebut kekuatan membentuk yang dimiliki oleh teknologi terhadap masyarakat sebagai bias komunikasi. Orang menggunakan media untuk memperoleh kekuasaan politik dan ekonomi dan karenanya mengubah susunan sosial dari sebuah masyarakat. Media komunikasi memiliki bias yang terdapat di dalam diri mereka untuk mengendalikan aliran ide di dalam sebuah masyarakat.
Asumsi Teori Ekologi Media:
1.      Media melingkupi setiap tindakan di dalam masyarakat.
Kita tidak dapat melarikan diri dari media. Bahkan McLuhan menyebut angka, permainan, dan uang sebagai mediasi. Media-media ini mentransformasi masyarakat kita melalui permainan yang dimainkan, radio yang didengarkan, atau TV yang ditonton. Pada saat bersamaan, media bergantung pada masyarakat untuk “pertukaran dan evolusi”.
2.      Media memperbaiki persepsi kita dan mengorganisasikan pengalaman kita.
Kita secara langsung dipengaruhi oleh media. Media cukup kuat dalam pandangan kita mengenai dunia. Kita tanpa sadar termanipulasi oleh TV. Sikap dan pengalaman kita secara langsung dipengaruhi oleh apa yang kita tonton di TV, dan sistem kepercayaan kita dapat dipengaruhi secara negatif oleh TV. McLuhan mempersepsikan TV sebagai hal yang memegang peranan penting dalam pengikisan nilai-nilai keluarga.
3.      Media menyatukan seluruh dunia.
Media menghubungkan dunia. McLuhan menggunakan istilah desa global (global village) untuk mendeskripsikan bagaimana media mengikat dunia menjadi sebuah sistem politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang besar. Manusia tidak lagi dapat hidup dalam isolasi, melainkan akan selalu terhubung oleh media elektronik yang bersifat instan dan berkesinambungan. Media elektronik memiliki kemampuan untuk menjembatani budaya-budaya yang tidak akan pernah berkomunikasi sebelum adanya koneksi ini.

Medium Adalah Pesan

Teori Ekologi Media dikenal karena slogan: medium adalah pesan. Frase tersebut merujuk pada kekuatan dan pengaruh medium terhadap masyarakat, bukan isi pesannya. Medium mampu mengubah bagaimana kita berpikir mengenai orang lain, diri kita sendiri, dan dunia di sekeliling kita. Akan tetapi McLuhan tidak mengesampingkan pentingnya isi. McLuhan merasa bahwa isi mendapatkan perhatian lebih dari kita dibandingkan dengan yang didapat medium. Walaupun sebuah pesan mempengaruhi keadaan sadar kita, medium lebih besar mempengaruhi keadaan bawah sadar kita.


Daftar Pustaka

Morissan. 2013. Teori Komunikasi: Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana

Littlejohn, Stephen W. & Karen A.Foss. Teori Komunikasi: Theories of Human Communication. Jakarta: Salemba Humanika

http://vitakent.blogspot.co.id/2012/02/teori-ekologi-media.html


Komentar