Cerita Vismed part 1 ( Kunjungan ke KPI, Kompas, Transtv)

Akhir Januari lalu, aku dan teman-teman kampus serta dengan didampingi dua orang dosen pergi mengunjungi, melihat langsung serta belajar ke beberapa media serta perusahaan yang berkaitan dengan Ilmu Komunikasi di Jakarta. Sejujurnya, aku sangat menantikan perjalanan ini sejak akhir tahun 2017. Entah mengapa, rasanya gak sabar menantikan perjalanan bersama teman-teman kampus, menghabiskan waktu berhari-hari dengan kebersamaan.eakkk
Perjalanan ini kami sebut dengan “Vismed”, alias Visiting Media. Yaa kurang lebih definisinya sudah aku jelaskan di awal tadi. Kami berangkat Senin (22/1) subuh, eh jam 6 lebih jelasnya. Pesawat pertama dari Padang ke Jakarta. Pukul 8 pagi, kami mendarat di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang. Kedatangan kami disambut oleh guyuran hujan yang cukup lebat. Setelah menunggu sekitar 30 menit, akhirnya bus yang akan membawa kami ber-vismed datang.
Jakarta terlihat masih sama seperti terakhir kali aku kunjungi, 5 tahun yang lalu. Ibukota negara tercinta yang dipadati oleh banyak penduduk, mulai dari yang berkendaraan mewah hingga yang tak berkendaraan. Kota metropolitan yang di kiri kanannya terdapat gedung tinggi menjulang, terdapat banyak pusat perbelanjaan atau yang kini disebut dengan mall. Tujuan pertama kami ialah KPI, Komisi Penyiaran Indonesia yang berlokasi di Jakarta Pusat.
Sesampainya di KPI, kami langsung diajak ke lantai 6, masuk ke suatu ruangan yang cukup besar seperti ruangan rapat. Ketua KPI Pusat, Yuliandre Darwis secara langsung menyambut kami serta memperkenalkan apa itu KPI, apa fungsi dan tugasnya. Setelah penjelasan mengenai KPI dan motivasi langsung oleh Ketua KPI Pusat, kami diajak berkeliling melihat bagaimana, lalu apa saja kerja orang-orang di KPI Pusat. Awalnya, kami diajak melihat orang-orang yang bekerja memantau seluruh saluran televisi yang ada di Indonesia, kalau tidak salah saat ini berjumlah 16 stasiun tv. Terdapat 16 orang pekerja yang masing-masingnya memantau, menonton, atau menyaksikan, serta mencatat pelanggaran apa saja yang ada dalam tayangan stasiun tv tersebut. Mereka standby duduk di depan sebuah computer yang menayangkan tayangan suatu stasiun tv. Pekerjaan ini terlihat mudah, simple, tapi memerlukan focus dan konsentrasi yang sangat tinggi, karena selain menonton, juga bertugas mengkritisi tayangan tersebut. Jangan sampai terbawa suasana tayangan, shingga melupakan tugas semestinya. Orang-orang yang bekerja dalam hal ini memiliki shift, ada 4 shift dalam 1 hari. Sehingga tiap orang harus bekerja 6 jam dalam sehari, bekerja untuk menyaksikan dan mencatat pelanggaran tayangan televisi di Indonesia sesuai standar yang telah ditentukan. Setelah itu, kami diajak ke ruangan pengeditan tayangan. Kunjungan kami diakhiri dengan sesi foto Bersama Ketua KPI Pusat, bapak Yuliandre Darwis, serta beberapa pegawai KPI.
Sekitar pukul 2 siang, kami tiba di Palmerah, tepatnya Kompas. Kunjungan kedua kami ialah Harian Kompas. Aku yang pada awalnya tidak begitu bersemangat, setelah memasuki gedung Harian Kompas, merasa hidup. Entah mengapa, akupun tidak tahu wkwkkwk. Kami dipersilakan menuju lantai 4 (kalau ngga salah), lalu masuk ke sebuah ruangan pertemuan. Kami langsung disuguhkan sebuah kotak yang berisi 3 roti, tak lupa ada air mineralnya hehe. Tak lama setelah itu, datanglah seorang bapak2 berkacamata, yang berpakaian santai, ternyata beliau merupakan Wakil Redaksi Harian Kompas (ngga ingat nama beliau siapa). Lalu diikuti dengan 3 orang lagi, 2 diantaranya perempuan. Mereka lagsung membuka percakapan, lalu menampilkan company profile, alias sejarah berdirinya Kompas, hingga apa saja yang telah dilakukan Kompas hingga saat ini untuk bangsa Indonesia. Setelah itu, kami melakukan sesi tanya jawab dengan para petinggi yang merupakan wartawan Harian Kompas. Nah, 4 orang narasumber ini diantaranya mas Tri merupakan wakil redaktur, Mba Susi adlh kepala Desc Kompas Muda, Mba Ida Tia, wartawan senior yang saat ini bertugas di desc Ekonomi, dan satulagi gaingat nama masnya siapa, yg pasti dia wartawan senior Kompas lah.
Awalnya, aku masih ragu pengen nanyain apa, sementara beberapa orang temanku melontarkan pertanyaan terkait pemberitaan Kompas, bagaimana seharusnya seorang wartawan dalam meliput berita, dan sebagainya. Insting kepo dalam diriku mulai keluar, akupun memberanikan diri untuk bertanya atau lebih meinta motivasi kepada Mba Ida dan Mba Susi yang sudah menjadi wartawan sejak beberapa tahun yang lalu, dan saat ini telah menjadi Kepala Desc di Harian Kompas. Nahh pertanyaanku saat itu adalah: “Seperti yang kita tau, orang bilang kalau cewek jadi wartawan itu berat, banyak tantangan, dsb. Gimana menurut mba2, dan minta saran atau ceritanya dong mengenai liputan selama ini, apa yang paling berkesan dan tak terlupakan.??” Kedua mba2 tsb menjawab bergantian. Intinya, menurut mereka ngga ada yg berat bagi perempuan buat jadi wartawan, kalau udah ada niat dan kemauan untuk ngeliput, ya pasti akan berjalan lancer. Keduanya pun sepakat, kalau di Kompas sebagai perempuan yang akan melahirkan,diberi jatah cuti lebih lama, ya sesuai kesepakatan sam atasan. Baik itu sebelum dan sesudah melahirkan. Menurut mereka, Kompas sangat menghargai perempuan, tidak menyulitkan karir pekerja perempuan. Kebanyakan wartawan kompaspun laki-laki, jadi tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan buat perempuan jadi wartawan. Asalkan setelah cuti melahirkan mereka kembali bekerja.
Setelah dirasa cukup untuk berbincang-bincang, kami diajak mengelilingi kantor Harian Kompas. Kantornya sangat sepi, yaiyalah namanya aja kantor media cetak, pegawai alias wartawannya pada diluar semua ngeliput berita..wkwk. hanya ada kursi dan meja-meja kantor tanpa penghuni. Ruangannya lepas, tanpa ada sekat atau pembatas satu ruangan dengan ruangan yang lain, yang membedakan hanya bagian2 desc nya, ada ekonomi, politik, olahraga, lifestyle, sains,dll. Mba Ida Tia ngasitau, kalau di Kompas ruangan pemimpin redaksinya nggak terpisah, alias nyatu sama semua wartawan lain, tapi untuk posisi mejanya, redaktur dan wakilnya ada di bagian tengah supaya komunikasinya lebih mudah gituu. Yaa banyak hal yg aku dapetin setelah melihat dan denger langsung kisah2 dari wartawan serta petinggi Kompas. Salah satunya, aku terbius untuk pengen magang dan kerja di Kompas. Hmmm yhaa begitulah. Doakan yaa para pembaca quh, semoga aku bisa mewujudkannya.. Kata Mba Ida Tia sihh, kalau fresh graduate di Kompas bisa dpt gaji 8an. Bisa langsung ambil motor gitu, kata mba nyaa wkwk. Memang ga mudah, tapi yaa itu bisa dijadikan salah satu motivasi buat aku pribadii, yang emang dari dulunya pengen jadi wartawan wkwkwk. Truss mau cerita lagi, pas ngobrol sama Mba Ida Tia yang ternyataa udh pernah ngeliput turnamen sekelas Olimpiade, dia bilang udah biasa sih ketemu atlet, wawancara atlet. Trus anaknya bisa foto bareng atlet tenis, gitu2 an dehh hahaa. Hopefully I’ll be on that stage. Yasss, sejujurnya minat ku di wartawan itu bermula karena bulutangkis. Awalnya suka bulutangkis, suka nonton matchnya, suka ngepoin atletnya, segala2 nya deh ttg bulutangkis. Ini bermula ketika TUC (Thomas Uber Cup) 2008 yang saat itu diselenggarakan di Jakarta, Indonesia. EHHH MAAP KOK JADI CERITA INI YAAAA =))
** nanti di postingan selanjutnya aku bakalan lanjut cerita gaisss mengenai kenapa seorang Ghina suka dan pengen jadi wartawan olahraga, especially for badminton?? Hmm stay tune ajah, semoga tugas kuliahku tidak banyak, jadi bisa nulis blog lagi dalam waktu dekat **
NEXT YHAAAA.
Setelah puas nongki2 di kantor Harian Kompas, kamipun pamit ke mba2 mas2 wartawan dan petinggi Kompas, foto bersamaaa lalu ada penyerahan piagam serta oleh2 Kripik balado dkk buat mba2 mas2 Kompas nya. Cusss kita mau turun nih nunggu di lift, aku yg masih banyak tanya sama mba Ida Tia, disuruh foto di background yg ada tulisan KOMPAS (logo yg kek dikorannya ituloh) ((nanti dibagian akhir ada bukti fotonya gaissz)). Akhh si Mba nya so kind ama akuu, laluu sblm masuk lift buat turun kebawah, aku mintain no wa mba nya, trus doi ngirimin syarat2 buat magang di Kompas. Huwaw aku kegirangan saat itu, mba nya bilang : “Kalau ada apa2 mau ditanya, wa aku aja yaa. Sampai ketemu, sukses yaa.” Gitudeh kata mba nyaa. Dan mulai darisitu jiwaku berkobar, semangat 45, tak sabar untuk magang dan kerja! Hahaha mulai deh jiwa lebay qu. Maafkeun para pembaca..
Sekitar jam 4 sorean, kami menuju ke Gedung TransMedia. Jakarta sangat padattttt, jamnya orang2 pulang kerja. Sampai di gedungnya, kami nunggu mba2 PR Trans di lobby nya. Ehh tiba2 di pintu masuk ada seorang artiss masuk, yang biasanya cuma liat di tv, eh skrg pas liat langsung ternyata respon aku biasa aja.. Siapakah gerangan??? Dialah mba Zaskia Gotik. Eh ternyata tinggian aku ya daripada dia.wkwkwk aslinya cantik banget diaaa, bening beutss, putih bersihh. tapi tetep tinggian aku hehehehw paansih. Setelah beberapa menit menunggu, kami pun dipersilahakan naik ke lantai 5 apa 6 gitu yaaa gaingat. Abis kebanyakan naik lift di Jakarta, pusying aqqq. Nahhh setelah masuk ke ruangan semacam ruangan rapat tim trans, mba2 nya ada 2 orang dari PR TransTV, memperkenalkan TransTV yagitu2 dehh. Tapi sayangnya di Transtv aku ngerasa kurang dapet ilmu, dapet entertaining nya sih. Kami cuma jadi penonton di salahsatu acaranya. Ada sih sedikit pelajaran yg didapet, mengenai setting tempat, ngatur2 penonton, naskah, gimana jalannya suatu acara yg off air, ngehandle artis,kostumnya, property, music, gitu2 laah. Mungkin karena timing kita datengnya juga salaah. Udah sore-malem baru dtg kunjungan. Bagusnya yaa siangan gitu, biar bisa keliling liatin kantor, studionya trans, plusss yg aku pengenin bgt itu liat kantornya dan studionya CNN Indonesia. Lumayan khaann ketemu mas Prabu Revolusi, mba Putri Ayuningtyas, Eva Julianti.  Tapii apadaya tangan tak sampaiii. Semoga suatu hari nanti bisa dehhh.
Kunjungan di hari pertama pun berakhir, jam 10an kami balik ke Hotel di daerah Grogol untuk beristirahaaattt..

Cerita vismed part 2 nya coming soon yhaaa. Thankyou for reading gaisss <3

Berikut foto2 sebagai dokumentasi yg sempat ku abadikan ...

Ini adalah foto mas2 karyawan KPI yang ngedit video2 tayangan televisi

Perkenalan, sambutan serta motivasi dari Bapak Yuliandre Darwis selaku Ketua KPI Pusat






Komentar