Memasuki
tahun dimana saya menjadi seorang mahasiswa di Jurusan Ilmu Komunikasi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Andalas, membuat saya merasa
beralih ke satu tingkatan dalam hidup ini. Pertengahan 2015 merupakan masa
peralihan bagi saya, yang sebelumnya merupakan siswa SMA telah berubah status
menjadi seorang mahasiswa. Awalnya, saya merasa cukup takut dan ada sedikit
rasa penasaran mengenai bagaimana rasanya menjadi mahasiswa.
Saya
diterima di Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Andalas melalui jalur SNMPTN, dimana Ilmu Komunikasi merupakan
pilihan pertama yang saya pilih. Saya yang merupakan siswa dari jurusan IPA,
memberanikan diri memilih jurusan Komunikasi yang notabenenya ialah jurusan
anak IPS. Ini merupakan sebuah langkah berani yang saya ambil, karena
kebanyakan anak IPS di SMA saya kala itu marah dan kesal lantaran anak IPA
banyak mengambil lahan mereka. Untungnya, tuhan mendengar doa saya, dengan meluluskan
saya di pilihan pertama.
Ilmu
komunikasi adalah jurusan pertama yang terlintas dipikiran saya saat hendak
memikirkan pilihan untuk SNMPTN. Sejak duduk di bangku SMP, saya sangat
tertarik dengan jurnalistik, terutama di bidang olahraga seperti: bulutangkis,
F1, MotoGP. Hingga memutuskan untuk memilih Jurusan Ilmu Komunikasi, minat saya
pun tetap sama bahkan lebih bertambah terhadap dunia jurnalistik olahraga.
Setelah
hampir 3 tahun menjadi mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Unand, rasa
penasaran dan minat saya terus bertambah terhadap jurnalistik. Di tahun satu
dan dua perkuliahan, saya mendapatkan mata kuliah yang secara umum merupakan
kajian komunikasi, seperti: pengantar jurnalistik, pengantar public relations,
bisnis komunikasi, propaganda dan periklanan, new media studies, dan mata
kuliah lainnya. Kebetulan angkatan 2015, dimana saya menjadi salahsatunya,
menjadi angkatan pertama yang akan mencicipi kurikulum baru di Jurusan Ilmu
Komunikasi Unand, dimana pada semester 5 dan 6, kami dibagi menjadi empat
konsentrasi, yaitu jurnalistik, public relation, televisi dan film, serta
manajemen komunikasi.
Tanpa
ragu, saya tentu memilih konsentrasi jurnalistik yang merupakan tujuan utama saya
masuk ke jurusan Komunikasi. Untuk masuk ke konsentrasi tertentu, tidaklah
mudah. Ada satu tahapan yang harus dilalui, yaitu wawancara dengan dosen
penanggungjawab konsentrasi tersebut. Dihari wawancara konsentrasi jurnalistik,
saya datang tepat waktu ke Gedung Jurusan Komunikasi, di Gedung B lantai 2
FISIP Unand. Setelah mendapat informasi bahwa yang akan mewawancara saya dan
teman-teman lain yang memilih konsentrasi jurnalitsik ialah Pak Rinaldi, maka
kami bergegas naik ke lantai 3, menunggu di depan ruangan beliau.
Saat
berkumpul bersama teman-teman yang memilih konsentrasi jurnalistik, saya
melihat dan memperhatikan satu per satu teman-teman yang kemungkinan akan
menjadi teman jurnalistik selama dua semester kedepan. Kebanyakan dari mereka
bukanlah teman yang begitu akrab dengan saya. Namun, saya merasa penasaran dan
tak sabar bagaimana nantinya perkuliahan di kelas jurnalistik dengan mereka.
Melihat perbedaan karakter, sifat, tingkah laku, dan kesibukan mereka,
sepertinya akan seru dan menyenangkan berteman dan mengakrabkan diri dengan mereka.
Hal itu langsung terasa ketika selesai wawancara, kami berkumpul bersama dan
berharap supaya kami yang berjumlah 12 orang ini lulus di konsentrasi
jurnalistik. Kamipun mulai membuat grup chat di Line, mulai dari situlah saya
merasa teman-teman jurnalistik menyenangkan.
Sekitar
dua minggu setelah wawancara dilaksanakan, saya mendapat informasi dari grup
chat Line Ilmu Komunikasi 2015, bahwa hasil wawancara konsentrasi sudah keluar.
Sambil memejamkan mata dan berkata bismillah, saya mengklik gambar yang
merupakan pengumuman nama-nama mahasiswa yang lulus di tiap konsentrasi di
handphone saya. Hasilnya, saya dan 11 orang lainnya lulus masuk ke konsentrasi
jurnalistik. Saya sangat bersyukur dan senang mengetahui hasil tersebut, dan
rasanya tidak sabar ingin berada di kelas jurnalistik dan mendapatkan materi
kuliah yang menarik dan tentunya berkaitan dengan jurnalistik dan media.
Memulai perkuliahan semester 5 dengan konsentrasi
jurnalistik, menumbuhkan rasa semangat dalam diri saya untuk meraih impian yang
sejak dulu telah diimpikan. Melihat deretan mata kuliah yang akan dihadapi,
saya berekspektasi tinggi bahwa masuk ke konsentrasi jurnalistik bukanlah
main-main. Mata kuliah yang disajikan sangat menarik dan sepertinya akan
menguji dan mengasah seberapa besar kemampuan menulis dan menganalisa yang saya
miliki. Jurnalistik investigasi, penulisan artikel, penulisan berita, fotografi
jurnalistik, hukum media, media art, dan radio production adalah mata kuliah
wajib bagi mahasiswa yang mengambil konsentrasi jurnalistik. Sangat banyak
pengalaman dan pembelajaran berharga yang saya peroleh di semester 5 ini.
Pada
mata kuliah jurnalistik investigasi, saya dan teman-teman diberi tugas untuk
melakukan investigasi terhadap sebuah kasus atau perihal sesuatu yang menarik
dan memang perlu untuk dilakukan liputan investigasi dalam lingkup kota Padang.
Kami dibagi menjadi tiga kelompok, dimana masing-masing kelompok terdiri dari 7
orang. Kebetulan, ada mahasiswa angkatan 2014 yang mengambil mata kuliah ini,
jadi kami dilebur secara keseluruhan. Sebelum terjun langsung ke lapangan untuk
liputan investigasi terkait topik masing-masing, kami diberi brainstorming
mengenai trik dan tips jitu untuk menggali informasi kepada informan di
lapangan nantinya oleh Pak Rinaldi, yang merupakan dosen pengampu mata kuliah
ini. Beliau banyak bercerita dan memberi saran terkait bagaimana melakukan
liputan investigasi, seperti: cara memperlakukan informan, cara menulis laporan
investigasi, dll. Itu sangat membantu saya dan teman-teman lainnya dalam
melakukan liputan investigasi
Kelompok
saya memilih topik mengenai mewabahnya boraks di kota Padang. Topik ini dipilih
karena salah satu anggota kelompok kami memiliki teman yang berjurusan
kesehatan masyarakat, ia pernah bercerita bahwa dosennya melakukan penelitian
terkait kandungan makanan pada jajanan yang ada di sekitar kawasan Jati,
Padang, dan faktanya terdapat beberapa tempat yang diyakini mengandung zat berbahaya
seperti boraks dan formalin. Hal itu sangat mencengangkan bagi beberapa orang,
ternyata ada beberapa tempat di Kota Padang yang makanannya mengandung boraks.
Inilah yang membuat kami merasa perlu melakukan liputan investigasi untuk
memastikan kejelasan hal tersebut.
Kamipun
membagi tugas, ada yang mewawancarai dosen Fakultas Kedokteran yang melakukan
penelitian tersebut, mewawancarai mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Fakultas
Kesehatan Masyarakat, mendatangi tempat makan dan jajanan kaki lima yang diduga
mengandung boraks, serta mewawancarai pemilik tempat makan tersebut. Setelah
semua data dan fakta terkumpul, kamipun menulis laporan investigasi berdasarkan
data dan fakta yang telah di peroleh saat turun ke lapangan. Ketika laporan
selesai, tulisan hasil investigasi kami dibahas di kelas dan dikoreksi oleh Pak
Rinaldi, ternyata masih banyak kesalahan dalam teknik penulisan yang kami buat.
Namun itu merupakan suatu pembelajaran berharga bagi saya dan teman-teman
lainnya.
Mata
kuliah lain yang menurut saya cukup berkesan ialah radio production. Dari namanya
saja, sudah jelas bahwa mata kuliah ini berisi materi mengenai bagaimana
memproduksi sebuah program radio. Dosen yang mengajar mata kuliah inipun
menyenangkan, dialah Bang Uung, beliau tidak ingin dipanggil “Pak” karena
merasa belum menjadi seorang bapak. Ia adalah seorang praktisi dan juga penyiar
radio yang sangat berpengalaman di bidang penyiaran radio. Dengan pembawaan dan
cara mengajarnya yang santai, senang bercerita pengalaman hidupnya selama
berkiprah di dunia radio, membuat kami konsentrasi jurnalistik merasa senang
dengan kelas radio production ini. Ilmu yang diberikanpun rasanya mudah
diterima.
Memasuki
semester kedua menyelami ilmu jurnalistik dalam perkuliahan, saya mendapat
sebuah pembelajaran dalam diri saya, yaitu untuk menjadi seorang jurnalis tidak
hanya pandai menulis, tapi juga harus memiliki wawasan yang luas. Itu menjadi
suatu cambukan bagi saya, agar lebih banyak membaca dan mencari tahu segala hal
yang ada saat ini.
Hal
menarik yang saya dapatkan selain dalam perkuliah ialah ketika melakukan
kunjungan ke Harian Kompas, pada akhir Januari lalu. Begitu banyak masukan dan
cerita dari beberapa wartawan Kompas mengenai bagaimana ia melakukan liputan.
Untuk menjadi seorang wartawan Kompas saja, harus memiliki pengetahuan umum
yang baik dan skill menulis yang baik. Salah seorang Kepala Desk di Harian
Kompas saat itu mengatakan bahwa ada sejumlah calon wartawan Kompas yang
disekolahkan selama 1 tahun agar dapat menjadi wartawan handal nantinya. Segala
sesuatu butuh proses, tidak ada yang instan, begitupun Kompas melahirkan
wartawan-wartawan handal. Itu menjadi sebuah motivasi bagi saya pribadi, serta
menguatkan tekad untuk magang di Kompas semester 7 nanti. Semoga, apa yang saya
impikan selama ini dapat tercapai.Amin..
Komentar
Posting Komentar