Story of Me | Badminton lovers? Yes, I am .


Kala itu tahun 2008, saat aku berada di bangku kelas enam SD. Aku iseng menggonta-ganti channel televisi di rumahku. Seketika, jariku berhenti menekan remot TV. Mataku terfokus pada sebuah pertandingan bulutangkis yang disiarkan di salah satu stasiun televisi swasta. Saat itu, ternyata ada sebuah turnamen besar yang sedang berlangsung dimana Indonesia sebagai tuan rumah, bertanding melawan Tim Jepang. Turnamen tersebut ialah Kejuaraan Beregu Piala Thomas dan Uber. Yakkkk, disanalah awal mulanya kekaguman dan kecintaanku terhadap bulutangkis. Aku sangat ingat, saat itu pertandingan babak semifinal Piala Uber, Indonesia melawan Jepang. Semangat juang pantang menyerah diperlihatkan oleh para srikandi kebanggaan Indonesia, skuat Uber Indonesia saat itu terdiri dari : Maria Kristin, Adriyanti Firdasari, Pia Zebadiah, Greysia Polii, Liliyana Natsir, Vita Marissa, Jo Novita, dan ada beberapa atlet lainnya yang tidak kuingat. Hingga babak final, aku sangat antusias untuk menyaksikan kiprah srikandi bulutangkis Indonesia. Walaupun di final kalah oleh China, Indonesia tetap membanggakan. Dengan status sebagai tuan rumah, dimana TUC 2008 diselenggarakan di Istora Senayan, Jakarta, Indonesia sudah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan hasil terbaik. Hasilnya, Tim Uber keluar sebagai runner-up.
Begitulah kira-kira kisah singkat ketika awal aku jatuh cinta dengan bulutangkis. Mungkin tidak ada yang spesial, tapi momen tersebut begitu membekas di ingatanku. Akupun secara tidak sadar mengikuti perkembangan bulutangkis hingga saat ini. Ya, sejak Juni 2008 aku mulai memiliki hobi unik yaitu mencari tau segala hal terbaru alias update-an tentang bulutangkis. Lebih spesifiknya, update-an disini maksudnya seperti pertandingan apa saja yang akan berlangsung dalam waktu dekat, ranking BWF (Badminton World Federation) atlet setiap bulannya, prestasi atlet2 tertentu, keadaan atlet (misal: ada yang cedera, berniat untuk pensiun, menikah, terlibat sebuah skandal atau permasalahan,dll). Segalanya informasi aku peroleh dengan membuka official website BWF dan PBSI (Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia), mengikuti akun bulutangkis di twitter, facebook, Instagram. Mungkin beberapa orang menganggap hobiku aneh, tapi ya begitulah kenyataannya.
Banyak orang disekitarku sudah terbiasa dengan hal ini, karena hobiku ini sudah dimulai sejak 2008, maka teman-teman sd, smp ku sudah maklum dengan hal tersebut. Untuk beberapa orang yang tak begitu mengenalku, mungkin akan menganggap aku orang aneh, yang postingan facebook, twitter, instagramnya berisi seputar perkembangan bulutangkis, misal: video detik-detik kemenangan atlet A di Final Kejuaraan Dunia, foto ketika tim putra Indonesia berhasil menjadi juara BATC (Badminton Asian Team Championship). Isi twit ku pun didominasi oleh kicauan tak jelas seputar bulutangkis.
Sudah 10 tahun aku menjadi seorang badminton lovers a.k.a pecinta bulutangkis. Tlah banyak kenangan manis dan pahit yang kurasakan, mulai dari terharu dan bangganya ketika Kido/Hendra meraih emas di Olimpiade Beijing 2008, Owi/Butet berhasil hattrick All England, Owi/Butet meraih emas di Olimpiade Rio, Brazil 2016, Kevin/Markus yang berturut-turut menjuarai turnamen Super Series di tahun 2017, dan banyak lagi. Kenangan pahit? Ya banyak jugaa momen nyesek, bahkan aku pernah beberapa kali nangis, salahsatunya karena Tim Thomas Indonesia gagal membawa pulang Piala Thomas saat 2016 lalu, dihadang oleh kekuatan Denmark. Kala itu Indonesia kalah 2-3, ingat banget di match ke-5 alias match penentuan juara itu Men Single, yang turun Ihsan Maulana Mustofa, lawannya siapa gitu gak ingat (antara Jan O Jorgensen atau Viktor Axelsen maybe, maap kalo salah).
Akupun memiliki beberapa koleksi video match bulutangkis, video saat beberapa atlet tampil di sebuah tayangan televisi, foto-foto turnamen tertentu, dan ada pula sebuah buku yang kujadikan kliping bulutangkis yang didalamnya berisi potongan berita dan gambar-gambar di koran dan majalah terkait bulutangkis.
Walaupun semua match bulutangkis yang aku ikuti kebanyakan nonton di tv, streaming, live score, aku merasa itu sudah cukup. Sangat bersyukur bisa mengetahui perkembangan bulutangkis. Sejujurnya, aku punya impian dari awal ketika suka bulutangkis, yaitu bisa nonton langsung Indonesia Open, atau turnamen apa aja yang level internasional di Istora Senayan, Jakarta. Udah, cuma sesimpel itu. Tapi, apa dayaku yang berdomisili di Padang, jauh dari Jakarta. Belum ada kesempatan, ya mungkin itu alasannya.
Seiring berjalannya waktu menyelami dunia bulutangkis, aku memiliki sebuah impian lagi. Menjadi seorang wartawan bulutangkis 😊😊 aku merasa, dengan menjadi seorang bulutangkis, aku akan bahagia. Selain menjadi sebuah profesi, menurutku jika menjadi wartawan bulutangkis, itu juga ada kaitannya dengan hobiku sejak dulu. Aku ingin menjadi saksi sejarah, menyaksikan langsung sebuah momen yang tak terlupakan. Misalnya saja, Sudirman Cup, Thomas Uber Cup, Asian Games, Olimpiade.
Menjadi pecinta bulutangkis adalah salahsatu hal yang membahagiakan dalam hidupku. Ketika masih jaman alay dulu, aku mulai membuat twitter, dan berkicau sesuka hatiku. Melalui bulutangkislah aku memiliki banyak teman di twitter, teman yang memiliki satu hobi denganku. Walaupun tidak pernah bertemu langsung, rasanya begitu akrab. Saling mention-an di twitter, dm-an, dan banyak lagi. Prediksiku, setengah dari temanku di twitter adalah BL (Badminton Lovers). YA, ITS TRUE. Aku tidak tahu mengapa bisa memiliki banyak teman di twitter. Belakangan ini, aku berpikir, “kok bisa ya punya banyak temen BL di twitter? Padahal ketemu aja ga pernah, sok-sokan kenal pula..HAHHA. Yaiyalah udah 10 tahun kan Ghinn..” Someday, aku berharap bisa bertemu dengan mereka langsung. Mungkin, ketika nonton Indonesia Open di Istora??? Hmm, who knows.
Ada satu hal lagi yang ingin aku ceritakan kepada siapapun yang membaca postingan ini. Mungkin beberapa orang bertanya, kenapa uname akun sosmedku bukan @ghinautamizufdy atau @ghina.utamizufdy, dll???? Kenapa harus @ghinaats???? HMMM LEMME TELL YOU GUYSSS..
Jadi, awalnya ketika ingin membuat akun twitter, saat itu aku duduk di bangku SMP, kelas 7 atau 8 kalau tidak salah. Teman-temanku sudah berpikir uname apa yang bagus dan sesuai dengan dirinya masing-masing. Tapi, aku masih stuck dan belum ada opsi uname apa yang bagus dan sesuai untukku. Ketika iseng membuat @ghina.utami, ternyata sudah ada orang yang memakai uname tersebut, teman-temanku menyarankan untuk menambahkan nama belakangku, yaitu zufdy, tapi aku menolak, karena bagiku itu terlalu panjang dan ribet. Akupun berpikir keras untuk menciptakan uname apa yang bagus untuk twitterku. Tiba-tiba, terlintas dipikiranku, mengapa tidak kutambahkan saja dengan nama belakang atlet bulutangkis?? Wkwkwkwk ini mungkin lucu dan sedikit alay, tapi memang begini kenyatannya para pembacaQu sekalian…
Atlet bulutangkis favorit sepanjang masa bagiku ialah Liliyana Natsir, one and only. YESSSS! YOU MUST KNOW THIS. (mungkin di postingan selanjutnya aku bakalan bahas ttg liliyana natsir) Sampai disini, mungkin sudah ada yang bisa menebak asal usul @ghinaats. ANYONE KNOWS?
Nahh, langsung ke intinya aja. Jadi, @ghinaats itu berasal dari: ghina = nama panggilanku, lalu kutambahkan ‘ats’. Mengapa harus ‘ats’? Karena, niatku awalnya ialah menambahkan nama atlet bulutangkis, dan “Natsir” lah yang kupilih untuk dimasukkan ke uname twitterku. Dengan kreativitasku, aku menggabungkan ‘ghina’ dengan ‘natsir’. Lalu, terciptalah ‘ghinaats’. Mengapa tidak ‘ghinatsir’ atau ‘ghina.natsir’? karena, kalau gitu, jelas banget kayak fans 4L4Y yang hobinya nambahin nama idolanya ke nama dia.wkwkwkkwkw. Tapi, aku nggak se-alay itu kok, alhasil aku menyederhanakan ‘ghinatsir’ menjadi ‘ghinaats’. Mengapa huruf ‘a’ nya ditambah? Biar lebih unik aja.WKWKKWKWKWK. Gimana? Aku kreatif kan? (pede bgt) begitulah kira-kira asal muasal uname twitterku kuberi nama @ghinaats. Untuk menyamakan dengan twitter, akun instagramku pun kuberi nama yang sama, supaya teman-temanku nantinya tidak sulit mencari akunku.
Beberapa orangpun kadang memanggilku dengan ghinaats, nama itu seolah melekat dengan diriku. Padahal, dulu saat menciptakan nama tersebut, aku hanya iseng, karena memiliki keinginan besar menggabungkan namaku dengan nama Liliyana Natsir. Sungguh memalukan sebenarnya, jika diingat-ingat lagi. But, overall I love being part of Badminton. Walaupun aku bukan orang yang pandai bermain bulutangkis, tapi dengan mengikuti segala perkembangannya, aku sudah senang. Yes, because I am a badminton lovers <3

Sebuah quotes yang harus dipahami oleh para pecinta olahraga, dimanapun anda berada….

“Jika  tak mampu menyokong ketika kalah,
maka jangan bersorak saat kami menang.”- Ferdinand Sinaga.

Komentar